Cerita Simalungun,Simarsikkam |
HITS.BATAKTIVE.COM||Cerita -SIMARSIKKAM Konon dahulu kala ada sepasang suami istri yang sudah puluhan tahun berkeluarga namun belum mempunyai anak.
Mereka bertempat tinggal di Kampung Urung-Urung. Jumahanlah nama sang suami. Jumlah sebelumnya adalah seorang perantau dan hidup mengembara sampai ke Kampung Urung-Urung.
Ia adalah seorang yang sudah yatim piatu pula. Istri dari Jumahan bernama Robanim seorang putri asli dari Kampung Urung-Urung.
Ada pun kisah perkawinan Jumahan dan Robanim bukanlah atas kemauan mereka berdua sebelumnya.
Seperti yang telah dikatakan bahwa Jumahan adalah seorang pemuda pendatang di kampung Robanim. Kebetulan orang tua Robanim adalah orang tua yang baik pula, ia mau menerima kedatangan Jumahan di rumahnya
semata-mata adalah karena ingin memberi tumpangan kepada Jumahan. Di rumah Pak Juhatma itulah Jumahan tinggal semenjak ia datang dan sampai akhimya memperistri Robanim.
Jumahan adalah seorang pekerja yang keras. Ia rajin membantu mengerjakan tanah perladangan orang tua Robanim (Pak Juhatma).
Setelah bertahun lamanya tinggal di rumah Juhatma, Ia sudah dianggap anak sendiri. Sebaliknya, Jumahan pun sudah menganggap Juhatma sebagai orang tuanya sendiri.
Kedua putra dan putri Juhatma sudah menganggapnya sebagai saudara.
Ada pun nama kedua anak Juhatma itu, ialah yang tertua atau yang laki-laki bernama Jumalian dan yang perempuan ialah yang bernama Robanim.
Jumalian sudah berkeluarga dengan seorang gadis dari desa lain dan mereka tinggal di kampung istrinya itu .
Sedangkan Ibu mereka sudah lama meninggal (ketika mereka masih kecil-kecil).
Ketika Juhatma sakit (karena sudah lanjut usia), ia bermaksud menjodohkan Jumahan dengan Robanim. Untuk menyampaikan niatnya itu, ia memanggil Jumahan ke kamarnya, "Jumahan, saya tidak lama lagi dapat bertahan
"Jumahan, saya tidak lama lagi dapat bettahan karena penyakit ini semakin parah saja rasanya.Sebelum saya meninggal, ingin saya mendengar jawabanmu mengenai Robanim.
Saya merasa bahagia sekali walaupun saya meninggal sekarang jika engkau menikah dengan Robanim
sekarang," kata Juhatma kepada Jumahan sambil meringis-ringis karena menahan rasa sakit.
Mendengar pernyataan Juhatma itu, kontan saja Jumahan merasa bagai mendengar guntur di siang bolong tanpa hujan.
la tidak menyangka kalau ayah angkatnya itu merencanakan menikahkannya dengan putrinya sendiri (saudara angkat Jumahan). Ia merasa sedih karena seolah-olah Juhatma hanya berpura-pura menganggap anak kepada dirinya padahal Jumahan sudah
sepenuh hati menganggapnya sebagai ayah dan keluarga sendiri. Oleh karena itu, kalau ditanya kepadanya, misalnya, disuruh memilih ayah atau istri, Jumahan pastilah memilih ayah.
Artinya,Jumahan merasakan lebih akrab dengan keluarga itujika ia tetap memanggil ayah kepada Juhatma dan adik kepada Robanim.
Sedangkan kalau sampai ia menikah dengan Robanim itu berarti ia merasa kehilangan orang tua (ayah) yang kedua kalinya pula dan itu yang akan paling menyakiti perasaan jumalian.
0 Komentar