Makam Siboru Naitang |
BATAKTIVE||HITSBATAK. Pada zaman dahulu, di sebuah desa di Pangururan terdapat seorang putri cantik dari Raja Naibaho yang sangat cantik. Para Raja-raja mencoba untuk menaklukan hati Putri dari Raja Naibaho tersebut.
Namun hanya Raja dari anak Raja Sinaga yang dapat meluluhkan hati Putri dari Raja Naibaho. Anak Raja Sinaga dari daerah Sirait pun menikahi Putri dari Raja Naibaho yang bernama Siboru Naitang. Seiring waktu Siboru Naitang selalu melamun dan tidak terbuka kepada suaminya dan hanya selalu berdiam diri dirumah saja. Oleh karena itu, suaminya kesal dan marah yang membuat dia sering menyiksa istrinya tersebut.
Suatu hari Siboru Naitang teringat kenangannya terhadap saudara laki-lakinya yaitu Raja Inar Naborngin. Raja Inar Naborngin dan Siboru Naitang merupakan saudara kembar yang tidak terpisahkan. Dimana sewaktu kecil mereka selalu bersama salam segala sesuatu yang dilakukan oleh Raja Inar Naborngin dan Siboru Naitang.
Mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Seiring berjalannya waktu dan mereka menjadi semakin dewasa, mereka seperti terlihat pasangan kekasih yang sangat mesra. Mereka saling jatuh cinta satu sama lain tetapi karena adat yang tidak memperbolehkan namarito (kakak adek satu darah) saling mencintai mereka pun menyembunyikan hubungannya di hadapan orang-orang.
Untuk menutupinya Siboru Naitang pun mau menikah dengan Anak Raja Sinaga. Sebelum menikah Raja Inar Naborngin dan Siboru Naitang membuat sebuah janji suatu saat mereka akan menikah dan tidak boleh ada satu orangpun yang memisahkan sambil menusuk jari sari satu sama lain sampai mengeluarkan darah dan menuangkan sarah tersebut kedalam tempayan dan meminumnya. Walaupun sudah menjadi istri yang sah.
Siboru Naitang belum juga hamil dan membuat Anak Raja Sinaga merasa sedih. Suatu hari Siboru Naitang mengatakan keinginannya untuk berkunjung ke rumah orangtuanya di Pangururan, karena sudah lama tidak berjumpa. Mungkin setelah dari sana kita akan mendapat momongan, saut Siboru Naitang. Dengan senang hati Anak Raja Sinaga menyetujui keinginan istrinya tersebut dan akan berangkat besok pagi.
Setelah persediaan untuk perjalanan telah dikemasi mereka pun berangkat menuju Pangururan. Tidak lupa Anak Raja Sinaga membawa anjing kesayangannya yang selalu menemaninya. Ditengah perjalanan Anak Raja Sinaga Susah kelelahan dan ingin beristirahat namun, melihat istrinya yang tetap berjalan membuat Anak Raja Sinaga semakin semangat untuk melanjutkan perjalanan. Ditengah terik matahari didaerah tanah Simbolon.
Anak Raja Sinaga tidak sanggup lagi untuk melanjutkan perjalanan dan meminta untuk istrinya agar beristirahat sejenak dibawah pohon. Sembari beristirahat Anak Raja Sinaga perlahan-lahan mulai tertidur dipangkuan Siboru Naitang. Saat Anak Raja Sinaga tertidur terlintas dipikiran Siboru Naitang untuk membunuh suaminya.
Karena dia ingin hidup dengan saudara kembarnya yaitu Raja Inar Naborngin. Tanpa pikir panjang Siboru Naitang mengambil pisau yang terselip di pinggang suaminya dan memotong leher Anak Raja Sinaga tanpa rasa takut dan bersalah.
Siboru Naitang pun mengemasi potongan tubuh Anak Raja Sinaga dan membersihkan darah yang terkena badannya. Di perjalanan Siboru Naitang tisak menegur orang-orang, begitu pula sebaliknya Siboru Naitang tidak membalas sapaan orang lain. Orang yang melihat Siboru Naitang melakukan perjalanan sendiri merasa keheranan dan curiga karena tidak pernah perempuan melakukan perjalanan sendiri dan Siboru Naitang juga sudah mempunyai suami.
Sesampainya di kampung halamannya, Siboru Naitang baru menyadari bahwa anjing Anak Raja Sinaga tidak mengikutinya lagi yang membuat ia kebingungan dan waswas. Setelah sampai di rumahnya Siboru Naitang menyembunyikan kepala Anak Raja Sinaga di langit-langit rumahnya dan segera mencari Daudara kembarnya itu yaitu Raja Inar Naborngin. Mereka pun melepas rindu layaknya pasangan kekasih yang baru bertemu setelah sekian lama.
Beberapa hari kemudian Raja Sinaga melihat anjing peliharan anaknya datang sendiri dan kepalanya berlumuran darah yang membuat Raja Sinaga khawatir dan bimbang. Raja pun pergi menjumpai seorang dukun kerajaan untuk meramal anaknya yang sedang di perjalanan.
Sang dukun pun berkata bahwa menantunya telah sampai di rumahnya dan Anak Raja Sinaga tak bisa dilihat karena tertutup oleh kain. Akhirnya Raja dan rombongannya pergi ke Pangururan untuk mencari tahu yang sebenarnya. Sembari membawa anjing peliharaan Anaknya tersebut.
Sesampainya di Pangururan dia langsung menuju rumah Raja Naibaho dan menanyakan keberadaan Anaknya. Raja Naibaho pun terlihat kebingungan dan menjelaskan yang dia ketahui bahwa putrinya memang sudah disini dia hari lalu tanpa membawa Anak Raja Sinaga. Mendengar hal itu Raja Sinaga pun menyuruh menantunya untuk menceritakan sebenarnya dengan jujur.
Tanpa rasa bersalah dengan raut wajah yang polos dia menjelaskan bahwa Anak Raja Sinaga memutuskan untuk pulang duluan karena tidak mampu melanjutkan perjalanan. Dia menyuruhnya untuk menginap disesa terdekat tetapi dia ingin pulang. Dengan terpaksa saya mengantarkannya setengah perjalanan.
Dengan tanpa curiga Raja Sinaga percaya terhadap menantunya itu. Tetapi tidak lama kemudian anjing peliharaan Anak Raja Sinaga mengitari rumah tersebut seperti mengetahui keberadaan tuannya. Anjing peliharaan tersebut mengaum sekencang-kencangnya diatas rumah Raja Naibaho yang membuat warga merasa ketakutan.
Melihat hal itu Raja Sinaga mempertegas dan mendesak Raja Naibaho dan Siboru Naitang agar memberitahukan keberadaan putranya. Melihat hal itu Siboru Naitang pun jujur dan mengakui kesalahannya tanpa ekspresi apa-apa dia mengambil kepala Anak Raja Sinaga dari langit-langit rumahnya dan memberikannya kepada Raja Sinaga.
Melihat kepala anaknya sudah terputus pengawal Raja Sinaga langsung mengobrak-abrik rumah Raja Naibaho. Raja Sinaga terus Menangisi anaknya yang sudah dibunuh oleh menantunya sendiri. Melihat hal itu Raja Naibaho pun tidak bisa berkata apa-apa atas tindakan putrinya.
Lalu Raja Sinaga pun menyetujui hukuman yang diusulkan oleh Raja Naibaho yaitu menenggelamkan putrinya ke tengah danau. Lalu Raja Sinaga dan Rombongannya pun pulang kekampunyanya untuk memakamkan Jasad Anaknya.
Besok harinya eksekusi terhadap Siboru Naitang pun dilakukan gong dibunyikan untuk memberangkatkan Siboru Naitang kedua tengah laut kakinya diikatkan batu yang sangat besar. Tetapi sampai sore hari Siboru Naitang pun tidak bisa tenggelam dan selalu naik ke permukaan saat dilempar ke dalam danau.
Mendengar hal itu Siboru Naitang pun dibawa ke tepi sungai dan menanyakan apa keinginan terakhirnya. Siboru Naitang pun memberitahu keinginannya agar dipersiapkan kuburan yang ditumbuhi jabi-jabi (beringin), ayam jantan yang sudah dibersihkan berwarna merah hitam (Mirasialtong) dengan minyak dan sirihsirih.
Setelah semua dikabulkan Siboru Naitang pun diantar ketengah laut dan dilemparkan kedalam danau Siboru Naitang pun akhirnya tenggelam dan tidak muncul lagi kepermukaan. Tempat itupun dijadikan sebagai tempat keramat.
Melihat kejadian yang menimpa saudaranya Raja Inar Naborngin pun pergi merantau dan berkelana ke setiap daerah dan mengubah namanya menjadi Datu Galapang.
Demikian cerita kali ini, sedikit banyak semoga bisa membantu untuk membayangkan sejarah atau kehidupan zaman dulu dalam suku batak. Horassss.
Notes: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 Komentar