Cerita Siboru Matondang atau Sibontar Mudar dari Bakkara. Bagian 2

 

Ilustrasi gambaran Siboru Namotung atau Sibontar Mudar. 

BATAKTIVE||HITSBATAK. Besok harinya Raja Sunggu Marpasang Debataraja mengumpulkan anggota keluarganya kecuali Siboru Namutong. Raja menjelaskan bahwa ia akan menjadikan Guru Sodungdangon menjadi menantunya karena keinginan Guru Sodungdangon tersebut. Mendengar hal itu anak pertama dan kedua setuju mengingat kebaikan Guru Sodungdangon kepada keluarganya. 


Anak ketiga merasa keberatan karena Guru Sodungdangon memiliki tubuh menyerupai setan dan kakinya tidak menyentuh tanah dan selalu melayang-layang diudara. Mendengar hal itu Raja Sunggu Marpasang Debataraja kesal dan mengingatkan bahwa Guru Sodungdangon telah banyak membantu keluarganya.


Mendengar hal itu anak ketiga tidak berpihak pada siapapun. Lalu beberapa hari kemudian Guru Sodungdangon datang menjumpai Raja Sunggu Marpasang Debataraja kerumahnya. Melihat kedatangan Guru Sodungdangon Raja menyuruhnya masuk kedalam rumah. 


Raja langsung mengatakan bahwa keluarganya setuju atas permintaan dari Guru Sodungdangon. Mendengar hal itu Guru Sodungdangon berterima kasih kepada keluarga Raja Sunggu Marpasang Debataraja. 


Raja Sunggu Marpasang Debataraja menanyakan kapan Guru Sodungdangon akan menikahi putrinya. Mendengar hal itu Guru Sodungdangon menjawab bahwa itu keputusan kalian. Raja Sunggu Marpasang Debataraja mengatakan bahwa keputusan ada ditangan Guru Sodungdangon dan akan menantikan kedatangan Guru Sodungdangon beserta keluarga kapanpun mereka datang. 


Lalu Guru Sodungdangon ijin pamit pulang dan mengatakan akan kembali lagi dikemudian hari. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun Guru Sodungdangon belum datang untuk menikahi putri Raja Sunggu Marpasang Debataraja yaitu Siboru Namotung atau Sibontar Mudar.


 Suatu hari Raja Barus II merayakan pesta Gendang Mula Tahun selama tujuh hari tujuh malam. Saat pesta berlangsung Raja Barus II Mengundang semua wanita ikut menari di pesta tersebut untuk mencarikan istri kepada Raja Barus III. Namun sampai pesta hampir selesai belum ada wanita yang memikat hati Raja Barus III. 


Di penghujung pesta Raja Barus III mengumumkan akan menerbangkan sebuah layangan dari kain sutera. Layangan tersebut akan menentukan istri yang cocok kepada Raja Barus III dan akan melamar wanita itu dimalam itu juga dan akan menyediakan perlengkapan pesta. Setelah layangan terbang tinggi, tiba-tiba lanyangan jatuh kedalam sebuah jurang yang tidak terlalu dalam.


Raja Barus III dan para pengikutnya mencari lanyangan tersebut ditepi jurang dan menyuruh pengikutnya untuk masuk kedalam jurang mencari lanyangan sutera tersebut. Tidak lama setelah itu Siboru Namutong melewati rombongan Raja Barus III sembari membawa air bersih. Raja Barus III pun menghampiri dan meminta air dari Siboru Namutong untuk diminum. 


Sambil meminum air, mereka berbincang sembari bertanya kepada Raja Barus III urusan mereka disini. Raja Barus III pun menjelaskan terkait layangan sutera tersebut. Mendengar hal itu, Siboru Namutong atau Sibontar Mudar memberitahukan bahwa dia mendapatkan layangan tersebut yang secara tidak sengaja jatuh menimpa Siboru Namutong saat mengambil air di tepi jurang. 


Raja Barus III pun sangat senang karena telah menemukan calon istri yang sangat cantik. Raja Barus III pun menyuruh Siboru Namutong untuk menjumpai keluarganya dan menjelaskan situasi yang terjadi. Siboru Namutong atau Sibontar Mudar pun pergi pulang di iringi rombongan Raja Barus III dan Siboru Namutong menjelaskan situasi yang terjadi kepada keluarganya. 


Raja Barus III beserta rombongan masuk kedalam rumah dan duduk. Raja Sunggu Marpasang Debataraja pun menanyakan yang sebenarnya kepada Raja Barus III. Sesuai yang dikatakan putri Raja Sunggu Marpasang Debataraja, Raja Barus III menjelaskan kepada keluarga Siboru Namutong terkait situasi tersebut.


 Mendengarkan itu Raja Sunggu Marpasang Debataraja berdiskusi kepada ketiga anak dan istrinya beserta keluarga lainnya. Anak Raja Sunggu Marpasang Debataraja mengatakan kita akan mengingkar janji kepada Guru Sodungdangon yang sudah kita setujui sebagai calon suami dari Siboru Namutong. 


Lalu Raja Sunggu Marpasang Debataraja menjelaskan bahwa putrinya telah dijodohkan dengan seseorang bernama Guru Sodungdangon tetapi dia sudah bertahun-tahun tidak datang lagi untuk menepati janjinya. Raja merasa tidak mungkin lagi Guru Sodungdangon datang untuk menepati janjinya. 


Dengan kesepakatan pihak keluarga dari Raja Sunggu Marpasang Debataraja mereka menyetujui untuk menikahkan putri Siboru kepada Raja Barus III. Mendengarkan hal itu Raja Barus III senang dan mengatakan bahwa mereka akan menghadapi Guru Sodungdangon jikalau dia datang dan meminta janjinya dengan berbagai alasan. 


Karena dia sudah bertahun-tahun tidak datang kembali untuk menepati janjinya. Dengan persetujuan kedua belah pihak biaya pesta akan ditanggung sepenuhnya oleh Keluarga dari Raja Barus III dan biaya pesta diberikan malam itu juga kepada Raja Sunggu Marpasang Debataraja.  

Besoknya pesta diadakan di kediaman Raja sunggu Marpasang Debataraja dengan begitu meriah dihadiri oleh para Raja di Bakkara dan para warga dari keenam marga di Bakkara. Setelah pesta selesai Raja Barus III dan Istrinya Siboru Namutong atau Sibontar Mudar beserta rombongan pergi pulang ke Barus tempat tinggal Raja Barus III. 


Saat ditengah jalan, rombongan Raja Barus dihadang oleh Guru Sodungdangon di titi atau jembatan aek Sibundong atau jembatan sungai Sibundong. Melihat Calon istri Guru Sodungdangon telah menikah dengan Raja Barus. Guru Sodungdangon menantang Raja Barus III dengan taruhan siapapun yang menang dalam duel. 


Dia berhak menjadi suami dari Siboru Namutong atau Sibontar Mudar. Mendengar itu Raja Barus III tidak gentar dan menyetujui taruhan itu. Duel antara Raja Barus III dengan Guru Sodungdangon berlangsung sangat lama dan duel tersebut sangat dasyat dan belum ada tanda-tanda kekalahan dari kedua belah pihak. 


Saat duel berlangsung Guru Sodungdangon mengatakan bahwa duel ini tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang oleh karena itu, Guru Sodungdangon menantang Raja Barus III untuk mengangkat badan dari Siboru Namutong atau Sibontar Mudar dari sungai tersebut yang dimana sebelumnya Guru Sodungdangon menjatuhkan Siboru Namutong atau Sibontar Mudar ke dalam sungai tersebut. Tanpa pikir panjang Raja Barus III meloncat kedalam sungai dan mencoba mengangkat tubuh dari Siboru Namutong atau Sibontar Mudar. 


Tetapi, usahanya sia-sia dengan berat hati Raja Barus III mengambil pisau dan memotong kepala dari Siboru Namutong atau Sibontar Mudar. Dari tubuh Siboru Namutong atau Sibontar Mudar keluar darah yang berwarna putih. Karena itulah Siboru Namutong disebut dengan Sibontar Mudar. 


Sambil menangis Raja Barus III mengangkat kepala Siboru Namutong dan menutupi dengan kain putih. Raja Barus III beserta rombongan meninggalkan Guru Sodungdangon dan pergi menuju Barus. Demikian pula dengan Guru Sodungdangon pergi meninggalkan dan membiarkan tubuh dari Siboru Namutong atau Sibontar Mudar hanyut begitu saja. 


Pertengahan jalan Raja Barus III terus Menangisi Siboru Namutong atau Sibontar Mudar karena telah memenggal kepalanya. Tetapi, Raja Barus III terkejut saat dia mendengar Siboru Namutong atau Sibontar Mudar berbicara dan mengatakan bahwa meraka tidak akan berpisah.


 Siboru Namutong atau Sibontar Mudar mengatakan bahwa dia bisa hidup kembali asalkan tubuhnya ditemukan dan dimasukkan kedalam peti yang sangat rapat dan setalah tujuh hari tujuh malam peti tersebut dibuka dan Siboru Namutong atau Sibontar Mudar akan hidup kembali. Mendengar hal itu Raja Barus III sangat senang dan mempercepat jalannya agar sampai di tanah Barus. 


Sesampainya di Barus Raja Barus III menceritakan semuanya kepada Raja Barus II dan seluruh keluarganya. Mendengar hal itu Raja Barus II sangat marah mengutus para dukun atau datu-datu terhebatnya untuk memburu Guru Sodungdangon dan semua pasukannya untuk mencari tubuh dari Sibontar Mudar di ujung sungai Sibundong yang mengarah ke danau. 


Setelah pencarian begitu lama, mereka pun menemukan tubuh dari Siboru Namotung atau Sibontar Mudar dan memberitahukan kepada Raja Barus II dan III. Raja Barus II dan III pun mendatangi tempat tersebut dan melihat tubuh dari Siboru Namotung atau Sibontar Mudar hanyut tidak jauh dari tepi danau. 


Raja Barus menyuruh pasukannya untuk mengambil tubuh tersebut. Akan tetapi, tubuh Sibontar Mudar tidak bisa diangkat dan dibawa ketepi danau. Lalu Sibontar Mudar berbicara melalui kepala yang dibawa oleh Raja Barus III agar yang mengambil tubuhnya adalah Raja Barus III. Karena tubuh itu adalah milikmu dan tidak boleh ada satupun yang menyentuhnya selain kamu. 


Dengan percaya diri Raja mendekati tepi danau dan menepuk air sebanyak tiga kali, kemudian tubuh dari Siboru Namotung atau Sibontar Mudar mendekat ke tepi danau dan tanpa pikir panjang Raja Barus III mengangkat dan memeluk tubuh dari Siboru Namotung atau Sibontar MuMudar


Lalu kepala dan tubuh dari Siboru Namotung atau Sibontar Mudar dimasukkan kedalam peti yang sangat rapat dan diangkat menuju rumah lalu diletakkan di lantai dua rumah Raja Barus III.


 Lalu setelah tujuh hari tujuh malam, Raja Barus II dan III beserta rombongan pergi untuk membuka peti dan melihat bahwa Siboru Namotung atau Sibontar Mudar telah hidup kembali dan langsung dipeluk oleh Raja Barus III. Kebahagian dikerajaan itu di iringi dengan pesta Gendang Mula Tahun selama tiga hari tiga malam untuk merayakan kembali pengantin baru. 


Kehidupan Raja Barus III dengan Siboru Namotung atau Sibontar Mudar kembali normal dan tentram dan di karuniai keturunan. 

Demikianlah akhir dari Cerita Siboru Namotung atau Sibontar Mudar.


Notes: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Posting Komentar

0 Komentar