Cerita Siboru Matondang atau Sibontar Mudar dari Bakkara. Bagian 1

Ilustrasi gambaran Siboru Namotung atau Sibontar Mudar. 


BATAKTIVE||HITSBATAK. Pada zaman dahulu di suatu daerah bernama Bakkara yang ditinggali oleh enam kelompok marga atau enam marga, yaitu:

1. Sihite. 

2. Manullang. 

3. Sinambela. 

4. Bakkara. 

5. Marbun. 

6. Simamora. 


Enam marga tersebut selalu rukun dan tidak pernah melakukan genjatan senjata satu sama lain. Karena mereka menganggap bahwa mereka itu satu dan keluarga. Setiap tahun mereka mengadakan pesta memukul gendang yang biasa disebut Gendang Mula Tahun. Setiap marga akan menjadi tuan rumah secara bergilir. 


Suatu hari para petua marga-marga dibakkara memberitahukan kepada marga Simamora agar mereka menjadi tuan rumah di acara pesta Gendang Mula Tahun. Tetapi, Raja Simamora atau Sunggu Marpasang Debataraja bersedih mengingat mereka tidak akan bisa membuat pesta meriah.


Mereka memiliki jumlah yang sedikit dibandingkan lima marga lainnya dan juga mereka tidak memiliki harta benda yang banyak untuk membuat pesta. Sehingga, Raja Sunggu Marpasang Debataraja kebingungan. Jikalau tidak dirayakan mereka akan dianggap melanggar perjanjian dan dijatuhi hukuman, tetapi jika ingin dilaksanakan mereka tidak mempunyai dana sedikitpun. 


Suatu hari Raja Sunggu Marpasan Debataraja berkumpul dengan istri dan empat anaknya membahas mengenai pesta Gendang Mula Tahun tersebut. Sebelum lanjut, disini kami akan membahas anak dari Raja Sunggu Marpasang Debataraja atau Raja Simamora. 

Raja Simamora mempunyai tiga anak dari Boru Lotung, yaitu:

1. Purba. 

2. Manalu. 

3. Debataraja.  

Itu adalah anak dari Raja Simamora, ketiga anak tersebut mempunyai keturunan masing-masing. Yang kita bahas kali ini adalah keturunan dari Debataraja. Debataraja memiliki tiga anak dan satu putri, yaitu:

1. Sampe Tua.

2. Babiat Nainggolan. 

3. Marbulang. 

4. Siboru Namotung ( Sibontar Mudar). 


Dari hasil pembahasan Raja Sunggu Marpasang Debataraja dengan istri dan anaknya. Mereka sepakat akan meninggalkan desa Bakkara pada malam hari agar tidak ketahuan oleh warga lainnya. Malampun tiba Raja Sunggu Marpasang Debataraja berserta anak istrinya dan kelompok marga Simamora pergi dari desa Bakkara. 


Saat ditengah jalan mereka berpapasan dengan laki-laki tua yang wujudnya setengah manusia dan setengah hantu, kakinya juga tidak menyentuh tanah dan melayang di udara. Laki-laki tua itu bernama Guru Sodungdangon. 


Guru Sodungdangon itupun bertanya tujuan dan kenapa mereka pergi dari desa Bakkara. Dengan hati-hati Raja Sunggu Marpasang Debataraja menjelaskan semua yang terjadi terkait tidak mampu untuk membuat pesta Gendang Mula Tahun. 


Dengan nada tenang Guru Sodungdangon pun menyuruh mereka kembali ke Bakkara saat itu juga dan mengatakan bahwa segala kebutuhan pesta sudah tersedia dirumahnya. Mendengar hal itu Raja Sunggu Marpasang Debataraja tidak percaya dan menyuruh agar yang lain tinggal dulu dan waspada pada Guru Sodungdangon. Raja Sunggu Marpasang Debataraja pergi kembali ke Bakkara menuju rumahnya. 


Sesampainya dirumahnya dia terkejut kerbau dan segala kebutuhan pesta telah ada dirumahnya. Raja Sunggu Marpasang Debataraja pergi menjumpai Guru Sodungdangon untuk berterima kasih dan mengajak kelompoknya untuk pulang kembali. 


Besok paginya warga sekitar keheranan melihat perlengkapan pesta yang sudah tersedia. Mengingat Raja Sunggu Marpasang Debataraja merupakan  Raja yang termiskin dibandingkan Raja lainnya yang ada di bakkara. Pesta perayaan Gendang Mula Tahun pun tiba, perayaan pesta sangat meriah dan tidak ada yang kurang, membuat pesta tersebut berbeda dengan pesta perayaan sebelum-sebelumnya. 


Disaat pesta berlangsung Guru Sodungdangon datang menjumpai Raja Sunggu Marpasang Debataraja. Mereka berbincang mengenai pesta tersebut. Raja Sunggu Marpasang Debataraja sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Guru Sodungdangon. 


Guru Sodungdangon bertanya tentang keinginan Raja Sunggu Marpasang Debataraja yang belum terwujudkan. Lalu, Raja Sunggu Marpasang Debataraja menunjukkan rumahnya yang sudah tua dan sudah bisa untuk dibangun yang baru. Mendengar hal itu Guru Sodungdangon menyuruh mereka pergi ke hutan Simelemele dan ambillah segala kebutuhan untuk membangun kembali rumahmu dari sana.


Mendengarkan hal itu Raja Sunggu Marpasang Debataraja berterima kasih kembali kepada Guru Sodungdangon. Tidak berapa lama Guru Sodungdangon pun ijin untuk pergi dari Bakkara menuju suatu tempat kepada Raja Sunggu Marpasang Debataraja. 


Beberapa hari kemudian Raja Sunggu Marpasang Debataraja bersama tiga anak laki-lakinya yaitu, Sampe Tua, Babiat Nainggoalan dan Marbulang pergi ke hutan Simelemele. Sesampainya disana mereka terkejut melihat bahan bangunan yang sudah tersedia dan bahkan sudah terpotong rapi. Saat mengumpulkan bahan Guru Sodungdangon tiba-tiba datang tidak tahu dari arah mana yang membuat Raja Sunggu Marpasang Debataraja dan ketiga anaknya terkejut. 


Guru Sodungdangon bertanya kepada Raja Sunggu Marpasang Debataraja mengenai bahan tersebut. Raja Sunggu Marpasang Debataraja sangat berterima kasih karena telah membantu memberikan bahan bangunan kepadanya. 


Setalah mengumpulkan bahan Raja Sunggu Marpasang Debataraja dan ketiga anaknya kebingungan karena mereka tidak tahu caranya memuat bahan ini agar bisa sampai ke Bakkara. Tanpa pikir panjang Guru Sodungdangon langsung menyuruh mereka untuk menyatukan bahan bangunan tersebut pada satu tempat dan melangkah maju sebanyak tuju langkah.


Dengan seketika bahan bangunan menghilang yang membuat Raja Sunggu Marpasang Debataraja dan ketiga anaknya sangat terkejut. Guru Sodungdangon mengatakan bahwa bahan bangunan tersebut sudah sampai dirumah mereka di Bakkara. Mendengar hal itu Raja Sunggu Marpasang Debataraja berterima kasih kepada Guru Sodungdangon. 


Guru Sodungdangon pun beranjak pergi dari tempat itu dan meninggalkan Raja Sunggu Marpasang Debataraja dan ketiga anaknya. 


Sesampainya di Bakkara Raja Sunggu Marpasang Debataraja dan ketiga anaknya terkejut melihat bahan bangunan sudah ada di rumahnya. Bebarapa hari kemudian Raja Sunggu Marpasang Debataraja memanggil warga yang lain untuk membangun rumah baru Raja Sunggu Marpasang Debataraja. Setelah rumah selesai, mereka mengadakan pesta yang dihadiri para Raja yang ada di Bakkara dan warga lainnya untuk makan bersama dan merayakan pesta syukuran. 

Setalah pesta selesai, Guru Sodungdangon tiba-tiba datang menghampiri Raja Sunggu Marpasang Debataraja. Guru Sodungdangon menanyakan tentang rumah barunya kepada Raja Sunggu Marpasang Debataraja. Dengan senang Raja Sunggu Marpasang Debataraja menjelaskan semuanya. 


Lalu saat Guru Sodungdangon ingin pergi, Raja Sunggu Marpasang Debataraja bertanya tentang keinginan Guru Sodungdangon. 


Mendengar hal itu, Guru Sodungdangon pun menjelaskan bahwa dia ingin menjadi menantu dari Raja Sunggu Marpasang Debataraja. Karena Guru Sodungdangon sudah tua dan belum menikah. 


Dia ingin menikahi Putri Raja Sunggu Marpasang Debataraja yaitu Siboru Namutong atau Sibontar Mudar. Raja Sunggu Marpasang Debataraja menyetujui hal tersebut dan akan membahasnya bersama keluarganya dan meminta agara Guru Sodungdangon datang setalah beberapa hari kedepan. 

LANJUT MEMBACA KE BAGIAN 2

Posting Komentar

0 Komentar