Asal Mula Naibaho marpadan dengan Sihombing

Padan Naibaho dohot Sihombing


BATAKTIVE||HITSBATAK. Pada zaman dahulu kala di sebuah daerah terjadi perang marga antara marga Sihombing dengan Marbun  di daerah Humbang yang saat itu marga Sihombing sedang dalam keadaan kalah. Pasukan marga Marbun dipimpin oleh seorang Panglima perang atau pangulu balang yang memiliki kekuatan sangat sakti yang membuat marga Sihombing kewalahan menghadapi pasukan marga Marbun. 


Suatu saat Datu Galapang tiba di daerah Humbang, karena marga Sihombing diambang kekalahan, mereka mencari orang sakti, dari beberapa orang mereka mendengar bahwa Datu Galapang berada di humbang, maka marga Sihombing berusaha meminta pertolongan kepadanya. 


Mungkin karena sudah dituntun oleh Ompung Mulajadi Nabolon (sebutan Tuhan dalam kepercayaan Batak kuno). Datu Galapang bersedia membantu marga Sihombing yang sedang diambang kekalahan, dengan syarat agar disediakan sebuah rumah sebagai tempat untuk menyusun rencana. 


Setelah beberapa hari memusatkan pikiran akhirnya Datu Galapang pun keluar dari rumah tersebut. Dengan rasa percaya diri yang tinggi Datu Galapang mendatangi wilayah marga Marbun dengan maksud menemui panglima perang Marbun yang kuat dan sakti tersebut.


Sesampainya di daerah kekuasaan Marbun, Datu Galapang menabur dan menginjaknya serta meminum air yang dibawanya (inilah salah satu tanda kesaktiannya). Melihat gelagat yang kurang baik ,Seketika datanglah Marga Marbun menghampiri dan berusaha mengusir Datu Galapang.

Pasukan tersebut menyuruh untuk pergi seraya berkata dengan nada keras " Hai orang tua !!!! ini kampung kami jadi kau harus pergi dari sini " Mendengar hal itu Datu Galapang hanya menjawab dengan perkataan : ". kenapa kalian mengusir saya? bukankah tanahku sendiri yang kupijak dan airku sendiri yang kuminum.


Mendengar ucapan yang "tidak biasa" itu, mereka sadar yang mereka temui tersebut bukan "orang sembarangan",maka marga Marbun memanggil panglimanya untuk mengusir op Datu Galapang,dengan suara yang menggelegar panglima perang marga marbun langsung menantang . "Kalau memang ini tanahmu langkahi dulu mayatku" sambil mengeluarkan tongkat saktinya. 


Menurut Datu Galapang ,Kesaktian panglima Marbun yaitu tidak dapat dibunuh selama badan dan kakinya menyentuh tanah. Dengan sedikit akalnya, Datu Galapang menantang adu kesaktian dan berkata " Ayolah adu kesaktian , yaitu dengan memperebutkan buah mangga yang ada di pucuk pohon mangga, siapa yang dapat memetik pertama dialah pemenangnya"


Tanpa pikir panjang panglima marga Marbun setuju dengan pertarungan tersebut dan langsung memanjat sebuah pohon mangga tersebut. Ketika sang panglima memanjat pohon itu,serta merta pada saat itu kaki dan badannya tidak lagi menyentuh tanah.


Kesempatan ini tidak disia-siakan Datu Galapang, dan segera menikam tubuh panglima Marbun tersebut hingga tewas. Melihat panglimanya sudah tak berdaya lagi,semangat tempur marga Marbun menjadi mundur.


Sampai akhirnya marga Marbun terkalahkan dan marga Sihombing memenangi perang tersebut. Atas jasanya, maka Datu Galapang diangkat menjadi anak oleh Marga Sihombing dan sejak saat itu dia sah telah menjadi Marga Sihombing bukan Naibaho lagi. 


Dan menyatukan garis keturunannya dari marga Sihombing pemilik daerah tersebut , dengan tujuan supaya dia dapat tinggal tetap di daerah itu. dikemudian hari setelah beberapa generasi terjadilah ikatan janji (padan) antara keturunan Sihombing dengan keturunan Raja Inar Naiborngin Naibaho.


Demikianlah cerita kali ini salam sejahtera horassss. 

Notes: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Posting Komentar

0 Komentar